Rabu, 30 Maret 2016

LINTAS RAKUTAK 1922 MDPL, DARI SUKARAME HINGGA KAMOJANG (1)

Sunrise di Puncak Rakutak


Postingan Rakutak akan gw bagi dua, versi naik via Sukarame (Pacet) dan versi turun via Danau Ciharus PLTU Kamojang. Untuk postingan turun bisa dibaca disini. Untuk rincian biaya dan saran ketika mau mendaki gunung ini akan dicantumin juga kok. Selamat membaca ;)
 
 
***
 
Setelah sukses dengan pendakian tektok Sindoro-Sumbing di Januari 2016, akhirnya perjalanan gw berlanjut ke gunung yang ingin gw tapaki di tahun 2015 namun baru kesampaian di akhir Januari 2016. Yaitu gunung Rakutak yang awal mula thread sharecost-nya dimulai dengan drama baper gw dan si X, seorang TS handal di salah satu forum ajakan. Untuk detail drama dan versi 'gesrek' catpernya bisa baca disini ;)

Berikut para pelaku fix lintas trek Rakutak kali ini. Tersangkanya, yaitu :
1. Keke
2. Tari
3. Bang Apuy
4. Bang Berto
5. Bang Farhan
6. Bang Rahmat
7. Bang Ricky
8. Bang Wongso
9. Teguh

***

Jum'at, 29 Januari 2016
Beberapa hari sebelum pendakian, gw update info tentang Gunung Rakutak langsung dari orang basecamp Rakutak-nya yaitu Kang Agus. Dan pagi hari H gw dapat info kalau cuaca beberapa hari terakhir cerah dan jalur pendakian dibuka. Alhamdulillah. Karena menginginkan kenyamanan di bis, akhirnya meeting point dilakukan di Pool Primajasa Cililitan yang tentu saja naik bis Primajasa menuju Leuwi Panjang dengan keberangkatan bis terakhir jam 21.00 WIB. Biayanya yaitu Rp 75.000 saja. Di perjalanan, gw dikasih Kang Agus no telepon Pak Bowo, angkot carteran yang biasa jemput pendaki ke Leuwi Panjang menuju Basecamp Rakutak dengan biaya Rp 250.000. Sebenarnya harga yang ditawarkan para supir angkot lain di Leuwi Panjang sama saja, namun kita memilih Pak Bowo karena sudah kenal dengan Kang Agus dan Basecamp Rakutak. Kalau memang berangkat banyakan mending carter angkot dari Leuwi Panjang karena setau gw menuju Desa Sukarame harus naik 4 angkot yang berbeda. CMIIW.


Sabtu, 30 Januari 2016
Tiba jam 12 malam (kalau gak salah), kita melipir ke Alfamart samping terminal sembari menunggu kotak besi-nya Pak Bowo. Cek dan ricek, ternyata posisi bang Berto, bang Wongso, bang Rahmat masih di tol yang jauh pokoknya dari Leuwi Panjang. Akhirnya kita berenam (gw, Tari, Teguh, Farhan, Ricky, Apuy) berangkat duluan dengan Pak Bowo. Sebelum tiba di basecamp, gw dan bang Ricky mampir belanja logistik seperti ayam kampus, beras, telor, sayur di pasar tradisional. Sebenarnya ada dua pasar yang akan dilewati, yaitu Pasar Ciparay dan Pasar Yang-Gw-Lupa-Namanya-Pasar-Apa :D Pasar Yang-Gw-Lupa-Namanya-Pasar-Apa itu jauh dari basecamp kalau lo ke sana jalan kaki, tapi karena naik angkot yaaah cuman 10 menit dari basecamp :p

Sesampainya di basecamp, kami semua tepar sampai pagi. Basecamp udah kayak rumah sendiri. Tidurnya di sofa, depan tivi, ada yang ngorok, ada yang tidur cantik, malah bang Berto yang gw gak tau tiba jam berapa sedang ungkep ayam pakai kompornya Kang Agus wkwk. Untuk sarapan, agak jauh dari basecamp cuman ada bubur ayam sama nasi kuning. Dan sebelum berangkat, kami dikasih peta lintas trek yang digambar sederhana dan dijelasin oleh Bapak Berkumis (gw lupa kenalan wkwk). Retribusi pendakian di Gunung Rakutak ini seikhlasnya loh, mau ceban ya cincailah cyin. Kata si Bapak Berkumis tiap pendaki bawa 1 batang pohon yang akan ditinggalkan di Pos 1. Itu sih katanyaaa, faktanya tim gw cuman bawa beberapa pohon doang. Labil nih Bapak Berkumis.


Dari Basecamp hingga Pos 1 ditempuh dalam waktu 1,5 jam saja. Treknya masih jalanan miring imut-imut yang bikin nafas masih Senin-Kamis. Viewnya bagus, sawah (yang belum) ditanami tanaman padi wkwk, kebun kopi, hutan, dan kebun daun bawang dan kembang kol yang sangat menggoda untuk dicuri, curi foto maksudnya. Saran sih gak usah terburu-buru di sini, nikmatin aja view dari Basecamp - Pos 1 karena viewnya memang bagus. Bagus saat ketemu kebun warga, sisanya sih view hutan wkwk. Di trek ini juga kita akan ketemu beberapa anak sungai yang harus dilewati. Tenang kok, gak licin gak dalam juga. Yah lumayanlah buat modusin temen, pura-pura takut jatuh terus pinjam tangan buat nyebrang. Cieeeeh.


Tanjakan imut awal mula pendakian setelah rumah warga

Melewati perkebunan warga

Bukan modus, tapi emang takut kecebur ke sungai

 
Pos 1, yang merupakan warung, sudah dekat ditandai dengan adanya tanjakan imuts bin yahuds, tanjakan yang gak ada pohon di tengah buat pegangan. Tanjakannya sih pendek namun cukup menguras tenaga. Selemparan upil dari tanjakan ketemu Pos 1. Di Pos 1 ini pemandangannya yahud, di sisi kanan warung ada kamu, kamsudnya ada kebun daun bawang dan bagian depan ada hutan dan city view. Team kami lumayan lama istirahat di sini, ada yang makan, ada yang ngemut agar-agar, ada yang ngopi, ada yang tidur. Bahkan di Pos 1 ini kami juga bertemu team lain dari Bekasi yang ternyata baru team kami dan team dia yang nanjak duluan. FYI, di Gunung Rakutak gak ada sumber air.  Cuma di Pos 1 ini kita bisa refill air buat dibawa ke puncak.


Pos 1 dari kejauhan

Istirahat di Pos 1


Nah setelah pos 1 barulah kita benar-benar ketemu trek Rakutak yang sesungguhnya (kutip kata-kata Bapak Berkumis). Trek dimulai dari semak belukar sempit yang mulai menanjak. Semakin lama trek semakin miring, teduh karena tertutup pohon, tidak terlalu licin dan tanpa bonus, beda tipis sama trek Cikuray. Nafas Senin-Rabu dah di sini. Namanya trek bokong karena lo cuman bisa liat bokong orang yang ada di depan lo.  Pendakian dari pos 1 menuju puncak 1 sekitar 1 jam. Namun, sebelum mencapai puncak 1 kita akan ketemu yang namanya Tegal Alun, camp site dikelilingi pohon yang bisa menampung lumayan banyak tenda. Sayangnya gw gak ada back-up foto untuk Tegal Alun, tapi bisa cek di video perjalanan ini disini loh. Infonya 15 menit dari Tegal Alun ini ada mata air walaupun gak ada plang tentang air, sayangnya karena team targetnya camp di Puncak Utama dan sudah membawa persediaan air lumayan banyak, kami tidak mampir ke mata air. Dan ternyata di Puncak 1 Rakutak ini tidak recommended buat camp karena tanah berbatu.

Trek bokong menuju Puncak 1

Foto keluarga di Puncak 1

Istirahat sebentar sambil menikmati view dari puncak yang agak ketutup kabut. Viewnya bagus. Namun semakin lama kabut semakin tebal dan dingin. Trek selanjutnya menuju Puncak Utama Rakutak yaitu jembatan yang terkenal banget, jembatan shirotol mustaqim. Jembatan penghubung dari Puncak 1 menuju Puncak Utama ini berupa jalanan sempit hanya untuk 1 orang, landai dengan jurang di sisi kiri kanan. Walaupun kemarin kabut, kami masih bisa melihat jurangnya. Dan di jembatan tersebut ada dua batu besar yang menghalangi jalan, mau lewatin batu melipir kiri atau kanan sama aja masuk jurang. Mau gak mau ya naik ke batu. Karena gw takut, gw terakhir lewatin itu batu. Disaat genting begini gw dibully, gak ada yang mau tolong gw, gw diketawain sama Bang Apuy, Tari, Teguh, Bang Farhan. Tegaan mereka emang (baper dikit!).


Jembatan Shirotol Mustaqim

Muka takut Tari berubah muka bahagia pas tau mau difoto lewatin batu


Beberapa meter sebelum puncak utama

Gerimis yang awalnya dikira cuman butiran kabut berubah menjadi hujan deras. Alhamdulillah hujannya turun pas di puncak utama. Tanpa babibu langsung diriin tenda, pasang flysheet. Eh hujan malah makin deras wkwk, akhirnya 3 tenda terpasang kita selamatin carrier, taruh di tengah area masak yang terpasang flysheet (thanks to Bang Wongso's flysheet holder). Kabut tebal, hujan yang berhenti juga, akhirnya kita masuk tenda masing-masing. Bang Wongso, Bang Rahmat, dan Bang Berto yang belum tidur sama sekali langsung terlelap di tenda. Bang Apuy, Bang Farhan, Bang Riki entahlah mereka lakuin apa di dalam tenda. Teguh molor, gw dan Tari inisiatif masak bekwen buat abang-abang yang ketiduran. Karena menurut gw bekwen + hujan + kabut + kopi/teh merupakan perpaduan yang sangat ciamik di kala hujan sambil mengenang kisah kamu dan aku #tsaaaaaaaah #baperdah


Menjelang malam, hujan berhenti. Setelah bekwen buatan gw dihina-hina tapi dimakan juga, kami mulai masak. Menu malam itu sungguh nikmat syekaleeee. Ada nasi liwet buatan Bang Apuy dan Bang Ricky (love banget buat lelaki dua ini, masakannya enak banget), teri medan goreng krenyesss, ada bekwen buatan gw yang kurang royco, ayam goreng, dan sambel ulek maknyoss buatan Bang Berto yang pas ngulek cabenya muncrat ke mata wkwk. Malam itu kita semua makan penuh kenikmatan, semua masakan ludessssss. Alhamdulillah.

Menu makan malam, fotonya agak gelap

Bersih-bersih nesting selesai, kita masuk tenda masing-masing sambil dengerin musik dari tenda Bang Berto. Hujan berhenti, menyisakan kenangan mantan. Kamsudnya menyisakan city view yang kece banget. Untungnya tenda si Teguh dua pintu, satu pintu menghadap city view. Keren banget mojok di tenda sambil liatin city view, malam minggu pula. Berasa ada rasa-rasa romantisnya gitu deh. Halah halah. Gw gak tau ada apa dengan tenda si Bang Apuy ini, malamnya ada binatang aneh yang hinggap. Semacam belalang kurang makan panjang tapi tinggal tulangnya doang. Paginya dihinggapi ulat bulu yang gede juga. Tendanya dia kayaknya kudu di bawa ke dukun tuh.

Akhirnya jam 11 malam, kita semua tidur. Gak semua sih, tenda gw aja karena 2 tenda lainnya entah kapan tau udah molor. Alhamdulillah makan enak, perut kenyang, suasana adem enak, camping di puncak utama pula. Hari pertama pendakian team gw sukses. Alhamdulillah. Yeayyyy!


BERSAMBUNG
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar